Jumat, 27 Agustus 2010

Pemerintah = Teroris

Jika berbicara tentang teroris di Indonesia maka tidak akan jauh dari kata bom. Yup, sudah berapa banyak bom yang meledak diberbagai tempat di negeri ini. Sudah berapa banyak korban yang berjatuhan dikarenakan aksi para teroris yang berlandaskan pada ajaran agama yang telah disalah artikan.

Hari demi hari berlalu menjadi minggu, minggu menjadi bulan dan bulan menjadi tahun. Para teroris banyak yang telah ditangap oleh pahlawan baru bangsa Indonesia, Densus 88. Aksi mereka sungguh sangat heroik saat menggagalkan rencana pengeboman yang telah disusun oleh musuh abadi mereka, teroris. Seluruh televisi menyiarkan secara langsung detik-detik penangkapan buronan teroris. Masyarakatpun bersuka cita atas keberhasilan tersebut walau banyak juga pihak yang skeptis atas keberhasilan Densus 88.

Ditengah pro dan kontra atas keberhasilan menangkap dan membunuh para buronan teroris, aksi Densus 88 wajib diapresiasi. Aksi pengeboman pun hampir tidak terjadi lagi, entah karena para teroris gentar terhadap aksi Densus 88 yang tidak segan-segan membunuh mereka atau saat ini sedang bersembunyi untuk menyusun rencana pengeboman selanjutnya.

Saat ini aksi pengeboman yang lain terjadi di berbagai belahan Indonesia. Korbannya tidak sebanyak pengeboman yang dilakukan teroris tapi cukup membuat warga menjadi was-was. Bom baru tersebut bukanlah TNT atau bahan kimia lainnya melainkan gas, lebih lengkapnya tabung gas. Dan pelakunya tidak tanggung-tanggung yaitu pemerintah republik Indonesia.

Mungkin telalu berlebihan menghakimi pemerintah atas ledakan-ledakan tersebut tapi faktor kesalahan manusia juga menjadi faktor yang menyebabkan tingginya tingkat ledakan tabung gas di Indonesia. Masih banyak warga yang belum paham mengenai cara pemasangan tabung gas karena sudah terlalu biasa mengkonsumsi minyak tanah dan kayu bakar. Namun jika pemerintah lebih perhatian terhadap proses konversi minyak tanah ke gas seharusnya ledakan tabung gas bisa diminimalkan.

Mau tidak mau, suka tidak suka pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggungjawab atas teror tabung gas. Pemerintah tidak seharusnya mengkambinghitamkan pihak lain karena mereka adalah pembantu-pembantu rakyat yang harus melayani tuan mereka sebaik-baiknya. Jika pemerintah tetap berpangkutangan apa bedanya mereka dengan para teroris yang terus melancarkan aksi teror dan apa bedanya tabung gas yang merupakan salah satu produk pemerintah dengan bom-bom rakitan para teroris jika rakyat sama-sama menjadi korbannya.

Tentunya kita tetap berharap pemerintah tidak hanya meributkan urusan yang remeh temeh tetapi memperhatikan masalah-masalah yang menyangkut nyawa dari seluruh rakyat Indonesia. Kita tidak ingin rakyat Indonesia mati konyol dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah, satu nyawa rakyat Indonesia tidak dapat diganti dengan apapun yang ada didunia ini. Jika pemerintah masih tetap diam dan saling melempar tanggung jawab apa bedanya mereka dengan para teroris.

Kamis, 18 Juni 2009

Survei Jalan ke Purworejo

Minggu tenang seharusnya dipakai untuk mengerjakan tugas tapi entah mengapa otak tidak dapat dapat bekerja dengan baik alias blank. Bosan menyerang, kamar kos seakan berteriak meminta tuk segera ditinggalkan karena dia mungkin juga bosan selalu melihat diriku yang hanya menghabiskan waktu dengan tidur dan nonton tv.
Akhirnya setelah berpikir berulang-ulang diputuskan tuk mengisi hari libur dengan survei jalan alias jalan-jalan dengan tujuan Purworejo. Perjalanan dimulai jam 2 siang, molor dari rencana awal karena harus mengantar teman pulang terlebih dahulu.Berdua dengan adik tercinta, kami un segera meluncur ke jalan raya.
Panas tak menjadi halangan tuk terus menekan gas sedalam-dalamnya dan setelah menyelesaikan perjalanan yang terasa lama, 1,5 jam akhirnya kami sampai ke kota Purworejo untuk pertama kalinya. Sebuah kota kecil yang asri karena dikelilingi bebukitan.
Sekitar 2 lebih kami mengisi waktu di Purworejo dengan berputar-putar keliling kota. Selama di kota, masjid agung Porworejo dan alun-alun kota menjadi tempat yang nyaman untuk melepas penat sejenak. Tak lupa mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan perjalanan ini. Tak terasa magrib datang dan kami pun mengakhiri perjalanan ini dan kembali ke Yogya.
Penat menyerang dengan sangat tapi semuanya terbayar dengan perasan senang dan pengalaman yang sangat berharga. Terakhir, nikmatilah foto hasil jeretan kami:










Sabtu, 11 April 2009

Puisi Pagi Hari


Ku tulis puisi pagi hari
puisi tentang awal kehidupan
kehidupan yang berputar
berputar tanpa henti, mencari jawaban

Ku tulis puisi pagi hari
puisi tentang dinginya jiwa
jiwa yang terkurung
terkurung oleh hitamnya emosi

Ku tulis puisi pagi hari
puisi tentang kicauan burung
burung yang menyanyikan pahit getirnya hidup
hidup sebagai sebuah mahluk

Ku tulis puisi pagi hari
puisi tentang harap
harapan yang slalu hadir
hadir dalam angan

Ku tulis puisi pagi hari
puisi tentang
Dirimu

Suara Hati


Tidak di depan
Tidak pula disamping
Tidak indah
Tidak juga harum

Selalu di belakang
dengan sabar menunggu kehadiran
Selalu di sana
tanpa pernah berkeluh kesah

Menanti dengan penuh harap
Menyambut dengan riang gembira
Menemani dengan penuh sabar
Mendengarkan dengan penuh khidmat

Terima kasih
Atas semua kebaikanmu
Selalu mememani dalam suka dan sedih
sepanjang hayat

Toiletku...

Dekat

Ku merasa cukup sudah parade ini
Aku memikirkan kata-kata yang kan terucap
Kita buka bagian yang belum selesai
Yang membuka kembali, ini hanya cinta

Dan ketika ku melihatmu ku tahu kau melihat ku
Dan ketika ku membutuhkanmu ku tahu kau ada disini untuk ku
Aku takkan pernah meninggalkanmu

Hanya perlu mendekat
Saling berdekatan
Bersandarlarlah padaku, bersandarlah sekarang
Lebih dekat, bersandar lebih dekat dengan ku

Waktu berjalan, tanpamu disini
ku menemukan bahwa kita tak dapat berpisah
Mendekatlah lebih dekat
Dan bersandarlah padaku sekarang